Impor Beras Tak Diperlukan, Faisal Basri : Tak Ada Alasan Pemerintah Izinkan Impor Beras
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri angkat suara terkait impor satu juta ton beras tahun ini. Dia menilai, saat ini Indonesia tak perlu impor beras mengingat pasokan beras tidak sedang terancam. Apalagi, sebut dia, saat bulan Ramadan konsumsi beras trennya akan mengalami penurunan. Sehingga, tak ada alasan bagi pemerintah untuk mengizinkan impor beras. \"Selama puasa dan Lebaran, logikanya harga stabil karena orang puasa konsumsi beras ya turun. Jadi jangan mengada-ngada untuk menjustifikasi impor beras,\\\'\\\' ujar Faisal Basri dalam video daring, kemarin (22/3). Bahkan, menurut Faisal, konsumsi beras di luar periode puasa mengalami penurunan. Hal ini karena kebijakan diversifikasi pangan pemerintah yang dikatakan menunjukkan efektivitasnya. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), selama empat tahun berturut-turut, yakni dari 2016-2019 menurun. Rata-rata konsumsi beras/ketan per kapita pada 2016 tercatat sebesar 1,66 kilogram (kg) selama sepekan turun menjadi 1,56 kg pada 2017. Kemudian, konsumsi kembali turun menjadi 1,55 kg pada 2018 dan pada 2019 konsumsi melandai tipis ke 1,5 kg. Nah, berdasarkan data tersebut seharusnya pemerintah tak berencana melakukan impor beras. \"Konsumsi juga turun disebabkan berkembangnya middle class (kelas menengah) sehingga diversifikasi, tidak banyak lagi mengonsumsi pangan (beras) atau pengeluaran beras relatif kecil,\" tuturnya. Sementara dari sisi harga, ia menilai tidak terjadi fluktuasi berarti baik harga eceran, penggilingan, atau pun di level petani yang mengharuskan pemerintah melakukan intervensi lewat importasi. Untuk level eceran sejak Januari 2018 hingga Januari 2021 terjadi penurunan harga sebesar Rp585, yaitu dari Rp14.697 per kg menjadi Rp14.112 per kg. Sejak 2019, perubahan harga yang terjadi juga tidak berarti atau cenderung datar, sehingga ia menyebut alasan pemerintah mengimpor beras sebagai mekanisme pengaturan harga bukan alasan yang tepat. Sedangkan, untuk beras medium penggilingan, juga terjadi penurunan harga dari Rp10.215 menjadi Rp9.405 untuk periode sama. Sementara, Gabah kering Panen (GKP) petani tercatat turun sebesar Rp494 atau dari Rp5.415 menjadi Rp4.921 per kg. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah tidak mengulangi kesalahan di masa lalu dengan mengimpor beras seperti yang terjadi pada 2011 dan 2018. Kala itu, pada 2011 nilai importasi tercatat sebesar USD1,51 miliar dan pada 2018 sebesar USD1,03 miliar. \"Jangan diulangi karena sebetulnya kita bisa hemat USD1 miliar, ini bisa digunakan untuk modernisasi sektor pertanian supaya produktivitas kita naik,\" tukasnya. (din/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: